Padang | Calon Anggota DPD RI dari Sumatera Barat (Sumbar), Mevrizal, SH, MH, menjadi narasumber pada kegiatan pendidikan Karakter dari Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta dengan tema “Praktek Santun Komunikasi”.
Tidak hanya kali ini,diketahui Mevrizal sudah kerap diundang untuk menjadi narasumber diberbagai seminar nasional di kampus-kampus hingga mengenalkan hukum ke sekolah-sekolah.
Kegiatan ini dibuka langsung oleh Dekan Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta, Sanidjar Pebrihariati pada Jumat (15/12/2023) di Kampus Bung Hatta Aia Pacah, Kota Padang
Dikesempatan itu mevrizal mengungkapkan tutur kata dan bahasa melambangkan perabadan manusia. Atas dasar itu, manusia yang di bumi hari ini, mesti memahami karakter dari bertutur yang baik.
“Apalagi mahasiswa yang dikenal sebagai intelektual. Mahasiswa harus bertutur dengan baik dan melihat lawan bicara,” katanya.
Bagi orang Minang, ujar putra kelahiran Solok itu, ada istilah “Kato Nan Ampek”: Kato Mandaki, Kato Malereang, Kato Mandata dan Kato Manurun.
“Kato Nan Ampek itu adalah adab kita sebagai orang Minang. Diatur kita bicara dengan yang lebih tua, sesama besar hingga yang lebih kecil. Sehingga kita hadir untuk saling mengerti dan menghargai,” katanya.
Seperti halnya pejuang Indonesia dari Tanah Minang menjadi Wakil Presiden RI pertama, Mohammad Hatta. Beliau dikenal sebagai anak muda cerdas yang santun. Bung Hatta menjadi teladan dalam banyak hal. Mulai dari sikapnya berbangsa dan bernegera, taat beribadah, demokratis, pandai berorganisasi, penuh etika bersahaja, jujur, bersih, cerdas, pemikir dan sebagainya.
“Generasi Z harus mampu memaknai dan mengamalkan hal tauladan kebaikan Bung Hatta yang dikenal sebagai Bapak Koperasi. Beliau tokoh bangsa tang berintegritas dan berkapasitas. Mahasiswa UBH harus bisa mewarisinya,” katanya.
Di akhir, Mevrizal berpesan kepada para calon sarjana hukum kampus Bung Hatta untuk fokus menekuni minat agar kelak menjadi ahli di berbagai bidang hukum. Sebab, yang akan menentukan nasib kita adalah proses kita sendiri.
“Mau jadi pengacara, jaksa, hakim atau lainnya, tetap pegang teguh integritas. Orang cerdas tidak akan menjual kejujuran,” katanya.(*)